Halaman

28 Mei 2013

Nasehat Diri

Oleh: Ust. Abu Yahya Badrussalam, Lc

Ali bin Abi Thalib berkata: Kesabaran dalam iman itu bagaikan kepala pada jasad, mungkinkah jasad akan hidup tanpa kepala??
Demikian pula iman, butuh kesabaran..
Ia memberi nutrisi hati tuk mentaati ilahi..
Namun sabar itu mudah tuk diucapkan, tetapi sulit..
Panas.. Dan berat..
Ketika iman berkata: “tujuan hidupku mencari keridlaan ar Rahman..
Kehidupan dunia hanyalah tempat persinggahan..
Disanalah kesabaran mendapat kesegaran..
Bukankah Rabbuna berfirman:
“Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, ia berkata: innaa lillaahi wa innaa ilaihi raji’uun..
Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepadaNya kami akan dikembalikan..
Mereka itu mendapat pujian dari Rabb, dan rahmatNya, dan merekalah orang-orang yang mendapat hidayah..
Saudaraku..
Apakah kita mengira dibiarkan mengucapkan: “Kami beriman”. Setelah itu kita tidak diuji ??
Tidak, demi Allah..
Ujian pasti kan menerpa..
Menyaring keimanan..
Dikala ujian silih berganti..
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan umatnya agar semakin mendekat kepada ilahi..
Suatu malam beliau bangun tiba-tiba dan bersabda:
Subhanallah.. Fitnah apa yang diturunkan di malam ini?..
Bangunkanlah para pemilik kamar itu..
Berapa banyak orang berpakaian di dunia, ia telanjang di akhirat..
Moga untaian kata ini sedikit memberi kehidupan di hati kita..
Untuk menempuh jalan menuju Allah..
Bersabarlah..
Sampai berjumpa di telaga haudl..
Dengan Rasul kita yang tercinta..

13 Perkara Penyebab Futur

Oleh: Ust. Abu Yahya Badrussalam, Lc

1. Ghuluw (berlebihan) dalam agama. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah ghuluw, karena yang membinasakan umat sebelum kamu adalah ghuluw dalam agama”.
2. Berlebihan dalam perkara yang mubah seperti dalam makan, minum, bergaul dan sebagainya. Aisyah radliyallahu ‘anha berkata: “Bencana pertama yang menimpa umat ini setelah wafatnya Nabi adalah kenyang, karena apabila perut kenyang, badannya menjadi gemuk, hatinya menjadi lemah dan syahwatnya tak terkendali”.
3. Meninggalkan berjama’ah dan berkumpul dengan orang-orang shalih. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hendaklah kalian berjama’ah dan jauhi bercerai berai, karena setan bersama satu orang dan lebih jauh dari dua orang..” Al hadits.
4. Sedikitnya mengingat kematian dan hari akherat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “berziarah kuburlah, karena mengingatkan akherat”.
5. Kurang memperhatikan amal-amal rutin sehari semalam. Seperti suka meninggalkan dzikir-dzikir, shalat sunnah dsb.
6. Mengkonsumsi sesuatu yang haram. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap anggota badan yang tumbuh dari yang haram, maka Nerakalah yang layak untuknya”.
7. Membatasi diri dalam salah satu sisi agama saja. Seperti hanya memperhatikan masalah aqidah saja tanpa yang lainnya.
8. Lalai dari ketentuan Allah. Seperti bertahap dalam beramal dan tidak sekaligus, karena sikap tergesa-gesa adalah dari syetan.
9. Tidak memperhatikan hak badan. Karena badan mempunyai hak yang harus dipenuhi.
10. Tidak siap menghadapi rintangan.
11. Berteman dengan orang-orang yang hatinya lemah dan tidak bersemangat dalam beragama.
12. Ngawur dalam menuntut ilmu dan beramal. Tidak tahu mana yang dikedepankan terlebih dahulu.
13. Jatuh dalam perbuatan maksiat. 

(Diringkas dari kitab afat ‘ala thoriiq karya DR Sayyid Muhammad Nuh).

Bahasa Yang Paling Mulia

Oleh: Ust. Abu Yahya Badrussalam, Lc

Al Qur’an adalah kitab yang paling mulia..
Di turunkan kepada Nabi yang paling mulia..
Melalui malaikat yang paling mulia..
Di kota yang paling mulia..
Di bulan yang paling mulia..
Dengan bahasa yang paling mulia..
Umar bin Khathab pernah menulis surat kepada Abu Musa: “Bertafaqquhlah dalam sunnah dan pelajarilah bahasa arab.”
Imam Asy Sya’biy berkata, “Nahwu dalam ilmu seperti garam untuk makanan, selalu akan membutuhkan.” (Shahih jami’ bayanil ‘ilmi hal 455).
Imam Asy Syafi’I rahimahullah berkata, “Hendaklah setiap muslim mempelajari bahasa arab sesuai dengan kemampuannya.. (Ar Risalah hal 48-50).
Bahasa arab adalah syi’ar islam..
Dengannya kita dapat memahami kitabullah dan sunnah Rasulullah..
Sedangkan berbangga dengan syi’ar islam termasuk keimanan..

Pertanyaan Yang Patut Dijauhi

Oleh: Ust. Abu Yahya Badrussalam. Lc

Ada beberapa pertanyaan yang patut dijauhi:
1. Bertanya tentang perbuatan Allah.
Seperti bertanya: Apakah Allah mampu menciptakan benda yang lebih besar dari diriNya.

2. Bertanya tentang tata cara sifat Allah.
Seperti bertanya: Bagaimanakah bentuk tangan Allah.. Dsb.

3. Bertanya untuk memperolok agama Allah.
Seperti bertanya: apa bahasa arabnya ngebalikin nasi? Jawab malikinnasi.
Ini adalah bentuk perolokkan terhadap ayat Allah.

4. Bertanya untuk memperlihatkan kehebatan diri kita.
Karena ini adalah fenomena ujub yang dapat menjerumuskan kepada kesombongan.

5. Bertanya untuk menjatuhkan martabat seorang guru di hadapan muridnya.
Ini adalah salah satu bentuk kekurang adaban murid terhadap gurunya, karena tidak semua ilmu diketahui oleh si guru.

6. Bertanya untuk menjidal kebenaran dengan kebatilan, agar manusia terhalang dari kebenaran.
Pertanyaan seperti ini biasanya akibat tidak taslim kepada dalil dan lebih mengedepankan ra’yu.

7. Bertanya yang menunjukkan ketidak ridlaan terhadap taqdir.
Seperti bertanya: kenapa Allah taqdirkan saya buta.. Dsb.

8. Bertanya sesuatu yang dapat memberatkan.
Seperti pertanyaan banu israil, ttg jenis sapi yang harus disembelih, padahal bila tidak bertanya, mereka boleh menyembelih sapi manapun.
Semua ini adalah pertanyaan yang haram.
Ada juga pertanyaan yang dimakruhkan oleh para ulama.

9. Bertanya sesuatu yang tidak ada manfaatnya.
Seperti bertanya: anjing yang ikut ashhabul kahfi itu anjing apa?

10. Bertanya sesuatu yang mustahil terjadi.
Seperti bertanya: apa hukum anak hasil perkawinan dari kambing dan babi.

11. Bertanya sesuatu yang belum terjadi.
Imam Ahmad bila ditanya, beliau berkata: Apakah sudah terjadi? Bila belum, beliau berkata: “Biarkan sampai terjadi dulu”.

12. Bertanya sesuatu yang sudah jelas.
13. Bertanya sebatas iseng saja.

Wallahu a’lam.

Cahaya Diantara Dua Batu

Oleh: Ust. Abu Yahya Badrusalam, Lc

Suatu ketika, Hudzaifah bin Al Yaman mengambil dua batu dan meletekkan salah satunya di atas yang lain, lalu ia berkata kepada sahabat-sahabatnya,
“Apakah kalian melihat ada cahaya diantara sela-sela dua batu itu?”
Mereka berkata, “Wahai Abu Abdirrahman, kami tidak melihatnya kecuali sedikit saja.”
Hudzaifah berkata, “Demi Dzat yang diriku berada di tanganNya, bid’ah benar-benar akan muncul sampai kebenaran tidak terlihat kecuali seperti cahaya antara dua batu tersebut.
Demi Allah, bid’ah akan benar-benar tersebar sehingga apabila ada sebuah bid’ah ditinggalkan, mereka berkata, “Telah ditinggalkan sunnah.”
(Al Bida’ wan Nahyu ‘anha hal. 58).

6 Mei 2013

Penyesalan Kematian

Sesungguhnya dunia ini bukanlah hal final yang harus kita korbankan
dengan seluruh waktu dan umur kita untuk meraihnya
karna semua itu akan kita tinggalkan dengan kematian,
seluruh yang kita miliki didunia ini, apapun dia,
seluruh orang yang kita sayangi dipermukaan bumi ini, seluruh kedudukan, pangkat dan harta benda yang selalu kita simpan yang kita sayangi dan
kita habiskan umur kita untuk mengejar dan meraihnya serta perniagaan yang kita khawatirkan kerugiannya
semuanya akan kita tinggalkan didunia, kecuali amal ketaqwaan kepada Alloh SWT.

Sesungguhnya kehidupan kita sebelum kematian bisa disebut sebagai ajang untuk beramal
dan setelah kematian maka kehidupan yang akan kita alami jauh lebih berat
dari pada kehidupan yang telah dialami didunia
Oleh karena itu, kematian bukanlah penghabisan dari perjalanan seseorang, justru perjalanan masih panjang dan ini baru awal dari kehidupan yang sesungguhnya
dan perjalanan setelah kematian adalah perjalanan yang abadi dan sangat panjang.

Wahai orang-orang yang terlalu sibuk dengan dunia...
kalian telah tertipu oleh angan-angan...kematian itu akan datang tiba-tiba dan kuburan adalah tempat pertanggungjawaban
bersiaplah untuk menghadapi kematian karena kalian tidak akan pernah tahu
Oleh karena itu wahai kaum muslimin bertaqwalah kalian kepada Alloh dengan sebenar-benarnya taqwa.
Ikuti Sunnah, hormatilah bapak ibu kalian, sholatlah tepat waktu dan berjamaah dimasjid, pakailah Jilbab dan kerudung kalian dengan benar.
tangisilah diri kita, sebelum ditangisi oleh saudara-saudara kita...
Koreksilah, hisablah diri kita, sebelum diri kita dihisab...
bawalah diri kita diatas ketaatan, sebelum diri kita dibawa diatas keranda jenazah diatas pundak saudara-saudara yang mengantar kita menuju liang kubur
bersiaplah untuk kematian, sebelum kita berharap untuk kembali kedunia lagi
dan itu tidak akan mungkin terjadi
ketika itulah kalian akan menyesal dan minta dikembalikan lagi kedunia
untuk menjadi orang sholeh, sholehah...
Dan sudah tidak ada kesempatan lagi menjadi orang sholeh sholehah karena ketika kematian datang
sudah Alloh tutup semua pintu taubat.
Itulah manusia yang lalai...manusia yang lupa...manusia yang selalu bermaksiat...
Mereka berkata "Robbku...!!! kembalikan Aku kedunia, agar aku bisa kembali beribadah, mengulangi dan mengamalkan yang dahulu aku tingglkan"
Tidak, kata Alloh. tidak mungkin,.

Mari saudaraku, perbaiki dan perbaharui selalu kondisi keimanan kita kepada Alloh jangan sampai kita lenggang, karena kita tidak tahu kapan kematian akan menjemput kita.